Saturday, May 11, 2013

Pengembangan Komunitas Stand-Up Comedy Lokal: Part 3 End (@ernestprakasa)

Di dua bagian sebelumnya, saya sudah membahas tentang pentingnya open mic, dan bagaimana mengadakan sebuah event stand-up nite ataupun tour. Sekarang, apa yang terjadi apabila kedua hal tersebut sudah berjalan dengan baik? Jawabannya, uang akan datang.

MENGATUR KEUANGAN DI KOMUNITAS.
Menurut saya, ada dua hal krusial yang harus diingat saat mengatur keuangan di komunitas:
1. Sepakati dari awal.
Orang Indonesia cenderung menggampangkan urusan keuangan karena sungkan untuk tegas di awal, apalagi ini bukan organisasi formal. Jangan. Sejak semuanya dimulai, semua harus menyepakati beberapa hal yang mendasar, seperti:
- Siapa yang menjadi penanggungjawab keuangan? Apakah ketua? Bendahara?
- Bila komunitas mendapatkan penghasilan dari event, merchandise, atau lainnya, berapa persen yang harus disimpan menjadi uang kas?
- Uang kas tersebut akan digunakan untuk kegiatan apa saja?
Hal-hal sederhana seperti ini sangatlah penting untuk disepakati sejak awal komunitas terbentuk. Bila perlu, buat kesepakatan tertulis.
2. Transparansi = harga mati.
Tanpa transparansi keuangan, kehancuran tinggal tunggu waktu. Transparansi artinya ada pertanggungjawaban keuangan yang jelas bagi komunitas secara umum, bukan hanya bagi beberapa orang tertentu. Komunikasikan dengan baik arus keluar masuknya uang, agar tidak berkembang bibit prasangka buruk yang akan berujung perpecahan.
KOMUNITAS SEBAGAI TALENT MANAGEMENT
Matangnya sebuah komunitas stand-up comedy lokal normalnya akan dibarengi dengan semakin banyaknya pihak yang tertarik untuk meng-hire comic dari komunitas tersebut untuk menjadi pengisi acara. Ini proses yang sudah dialami langsung oleh cukup banyak komunitas stand-up comedy di Indonesia. Dan secara alamiah, akhirnya beberapa komunitas jadi bertindak seperti talent management untuk comic-comic yang ada. Ini bukan sesuatu yang buruk, tapi memang harus dijalankan dengan penuh kehati-hatian. Ingat, masalah uang bisa berakibat fatal. Ada beberapa hal yang penting untuk diingat:
1. Pisahkan urusan pribadi dengan urusan komunitas.
Saya melihat ada dua variasi dari praktek talent management ini, yakni komunitas yang bertindak sebagai talent management, atau individu di dalam komunitas tersebut yang secara personal bertindak sebagai talent management. Keduanya sah-sah saja, asalkan paham dengan resikonya. Apabila ada “pejabat” di komunitas yang juga bertindak sebagai manajemen dari comic tertentu, ia tetap harus bijak memilah kapan memposisikan diri sebagai manajer, kapan sebagai pemegang keputusan di komunitasnya. Pada prakteknya, ini adalah hal yang amat sulit dan rentan konflik, meskipun tidak mustahil. Asalkan semuanya dijalankan dengan itikad baik dan menjunjung tinggi rasa keadilan.
2. Rundingkan dan tetapkan pembagian keuntungan sejak awal.
Berapa persen yang harus diterima talent management, tentunya sangat bervariasi, tergantung dari job description yang diemban oleh management tersebut. Di dalam industri hiburan, besarannya biasa berkisar antara 15% hingga 30%. Sangat relatif. Sekali lagi, ini perkara sensitif. Sebaiknya gunakan surat kesepakatan tertulis.
3. Selalu aktif mencari perbandingan.
Sebagai pihak yang baru menjalankan hal-hal seperti ini, sebaiknya kedua pihak baik talent management maupun si comic selalu proaktif untuk mencari tahu tentang kerjasama serupa yang sudah lebih dahulu dijalankan oleh comin atau talent management lain. Ini penting untuk evaluasi dan mengokohkan kerjasama agar lebih solid dan bisa berjalan untuk jangka waktu yang panjang.
***
Saya paham masalah keuangan ini cukup rumit dan tidak mungkin diselesaikan dalam satu blog post. Bila teman-teman komunitas ada yang ingin ditanyakan perihal ini, silakan e-mail ke ernest.prakasa@live.com. Semoga saya bisa berbagi pengalaman :)

Friday, May 10, 2013

Pengembangan Komunitas Stand-Up Comedy Lokal: Part 2 (@ernestprakasa)

Di bagian pertama, saya sudah membahas tentang pentingnya open mic sebagai tulang punggung dari pengembangan komunitas stand-up comedy di sebuah kota (atau kampus dan sekolah, sama saja prinsipnya).
Sekarang, fase kedua. Seandainya open mic sudah bisa terselenggara dengan rutin dan relatif lancar, maka yang berikutnya adalah menyelenggarakan event sendiri. Ada dua jenis event yang biasanya dilakukan: stand-up nite & tour. Keduanya memiliki tujuan yang sama: Menarik lebih banyak massa dan memperkenalkan stand-up comedy ke lebih banyak orang. Juga, memberikan “panggung” untuk comic lokal yang memang dianggap sudah layak tampil.
1. STAND-UP NITE
Istilah “stand-up nite” sendiri awalnya adalah judul event tanggal 13 Juli 2011, yang akhirnya tercatat menjadi event bersejarah. Namun seiring perkembangannya, istilah “stand-up nite” sinonim dengan sebuah penyelenggaraan event stand-up comedy yang di Amerika lebih dikenal dengan istilah “line-up show”, alias mempertontonkan banyak comic sekaligus.
Bicara event, pasti bicara modal dan untung/rugi. Disinilah panitia sudah harus berhitung. Komponen biaya yang paling besar biasanya adalah:
- Sewa tempat berikut kelengkapannya (sound / lighting)
- Publikasi (poster, spanduk, dll.)
- Guest comic (honor + transportasi/akomodasi)
Biasanya, guest comic akan jadi magnet untuk menarik penonton. Itulah mengapa komunitas sebaiknya melakukan riset yang teliti tentang siapa comic yang akan diundang. Yang disukai oleh internal komunitas, belum tentu diminati oleh penonton secara umum. Perlu ada keseimbangan.
Demi menghemat biaya, saya menyarankan dalam sebuah penyelenggaraan stand-up nite sebaiknya cukup mengundang 1-2 guest comic saja. Dan soal honor, jangan khawatir. Masih banyak sekali comic yang meskipun sudah sering wara-wiri di TV, tapi punya ketulusan untuk membantu pengembangan komunitas.
2. TOUR
Menjadi bagian dari rangkaian tour seorang comic akan memberikan berdampak positif bagi sebuah komunitas. Ada dua keunggulan tour dibandingkan stand-up nite:
1. Hype di social media.
Comic yang melakukan tur sudah pasti akan melakukan promosi secara intens. Belum lagi didukung oleh comic-comic lainnya, plus diamplifikasi oleh semua kota yang ia datangi. Hype ini yang sulit ditandingi oleh stand-up nite berskala lokal.
2. Menyontek ilmu.
Dibandingkan stand-up nite, sudah pasti persiapan dan penampilan dari seorang comic yang melakukan tour akan jauh lebih intens. Durasi tampilnya saja jauh berbeda. Ini bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi para comic lokal.
Namun dibandingkan dengan stand-up nite, tour juga memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Ini utamanya disebabkan oleh idealisme dari comic yang melakukan tour. Dan tentunya ini adalah sesuatu yang wajar, mengingat perlunya ada keseragaman dari konsep tour tersebut di setiap kota dimana ia diadakan. Seringkali, idealisme comic ini menyebabkan biaya produksi event menjadi lebih mahal dibandingkan dengan stand-up nite. Bisa jadi karena tuntutan untuk kapasitas gedung yang lebih besar, sound system yang lebih baik, dan lain-lain.
Mengingat tour adalah kerjasama antara kedua pihak yang sama-sama berkepentingan yakni comic dan komunitas, maka hal paling krusial yang harus disepakati di awal adalah bagaimana sistem pendanaan dan pembagian keuntungannya. Sifat orang Indonesia yang seringkali sungkan untuk membahas masalah uang harus disingkirkan jauh-jauh kali ini, karena justru bisa menyebabkan konflik di kemudian hari.
Karena tour sendiri masih merupakan sesuatu yang baru, jadi sulit juga bila ditanya bentuk kerjasama apakah yang paling ideal. Ini tergantung dari banyak faktor. Menurut saya, mana bentuk kerjasama yang ideal adalah sebuah kerjasama dimana kedua belah pihak merasa tidak merasa dirugikan, alias win-win. Apapun bentuknya.
Dilihat dari segi keuangan, berikut beberapa contoh bentuk kerjasama tour berikut contohnya, dengan asumsi kondisi tanpa sponsor:
1. Comic sebagai pemodal (no risk, no gain).
Ini adalah bentuk kerjasama yang saya jalankan waktu #MeremMelekTour kota 1-5, April-Mei 2012. Dalam format ini, 100% modal dibiayai oleh comic (sewa tempat, perlengkapan, dll.), dan komunitas mendapatkan kompensasi sejumlah uang untuk kerja tim mereka dalam penyelenggaraan acara. Format ini menurut saya paling masuk akal pada saat itu, karena resiko 100% ditanggung oleh saya sendiri. Tiket laku atau tidak, jumlah uang yang diterima oleh komunitas tetap sesuai dengan kesepakatan awal. Bagi komunitas, plus minusnya adalah sebagai berikut:
(+) Zero risk. Tidak keluar modal sepeser pun.
(-) Seandainya tiketnya sold-out sekalipun, komunitas tidak akan mendapatkan bagian.
Sampai saat ini, bentuk kerjasama seperti ini belum pernah terjadi lagi, karena menurut saya ini memang terlalu beresiko bagi si comic.
2. Komunitas sebagai pemodal (high risk, high gain).
Ini adalah kebalikan dari sistem sebelumnya. Disini, 100% pemodalan dilakukan oleh komunitas, dan seluruh hasil penjualan tiket pun menjadi milik komunitas. Tapi, agak mirip seperti stand-up nite, disini komunitas harus menanggung penuh biaya fee (bila ada), transportasi, dan akomodasi si comic beserta rombongannya. Plus minusnya bagi komunitas:
(+) Seandainya tiketnya laku, maka hasil yang didapat bisa sangat besar.
(-) Seandainya penjualan tiketnya tidak mencapai target, maka harus siap merugi.
Bentuk kerjasama ini termasuk salah satu yang paling populer saat ini. Meski tidak pukul rata di semua kota, namun praktek ini sudah dijalankan oleh beberapa tour seperti #AbsurdTour Kemal Palevi, #tanpabatas Sammy DP, dan #TACL Ryan Adriandhy.
3. Partnership (low risk, low gain).
Ini adalah sistem hibrida yang menggabungkan dua bentuk diatas. Ge Pamungkas dan #3GPtour-nya menjalankan sistem ini, demikian pula dengan #MarahTawa milik Setiawan Yogy. Disini, baik modal maupun hasil ditanggung bersama. Sebagai contoh, untuk #3GPtour, Merem Melek Management menanggung biaya fee comic, akomodasi, & transportasi. Sementara komunitas menanggung biaya penyelenggaraan event. Kemudian hasilnya dibagi dua, sesuai dengan persentase yang disepakati bersama. Plus minusnya bagi komunitas:
(+) Meski tetap butuh modal, namun resikonya berkurang.
(-) Karena hasil pendapatan harus dibagi dua, maka potensi profit pun terbatas.
Dari tiga format diatas, mana yang paling ideal? Tergantung selera masing-masing. Yang terpenting menurut saya, baik komunitas ataupun comic sudah paham resikonya dari awal, dan tidak ada yang merasa diperlakukan secara tidak adil.
***
Demikian bagian kedua dari serial tulisan saya tentang pengembangan komunitas stand-up comedy lokal. Di bagian terakhir nanti, saya akan membahas soal manajemen keuangan bagi komunitas lokal. Semoga berguna :)

Sumber : http://neonspark.wordpress.com

Wednesday, May 8, 2013

Pengembangan Komunitas Stand-Up Comedy Lokal: Part 1 (@ernestprakasa)

Sejak mulai bermunculan di akhir 2011 lalu, berbagai komunitas stand-up comedy di kota-kota se-Indonesia telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Sebagian sudah bisa menggelar stand-up nite, menjadi host untuk tur, bahkan ada yang sudah membuat special show untuk comic lokalnya sendiri.
Namun harus diakui, laju perkembangan komunitas-komunitas ini tidak merata di semua daerah. Dan ini pun diakibatkan oleh kendala yang berbeda-beda. Sayangnya, ketidakmerataan akselerasi ini kerap ditanggapi negatif oleh pihak-pihak yang merasa ketinggalan. Tidak sedikit yang mulai putus asa karena merasa komunitas mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan kota-kota lain. Padahal, faktornya ada banyak, belum tentu salah mereka juga.
Melihat kondisi yang ada ini, saya ingin mencoba berkontribusi dengan membuat beberapa tulisan berseri, yang benang merahnya adalah bagaimana cara mengembangkan komunitas stand-up comedy di kota masing-masing. Tentu, tulisan ini lebih relevan untuk komunitas yang relatif baru, yang masih mencari cara untuk bisa memantapkan jejak kaki. Semua yang saya tulis bersumber dari buku-buku yang saya baca dan pengalaman saya yang baru 2.5 tahun ini. Of course, I could be wrong. But I’ll try my best.
Mari kita mulai dengan hal yang paling fundamental: Open mic.
Ibarat membangun rumah, open mic itu fondasi. Stand-up nite, stand-up tour, dan kawan-kawannya itu ornamen. Aneh kan kalo lebih fokus pada warna cat dan model kusen padahal rumahnya bisa ambruk sewaktu-waktu? Ini mungkin terdengar aneh. Stand-up comedy sudah berkembang sedemikian rupa, tapi kenapa saya masih mau membahas hal yang sangat basic? Kenyataannya, di beberapa kota yang saya saksikan langsung pun, open mic tidak berjalan dengan optimal. “Tapi kakkkkkk, ada koq kota yang open mic nya ga beres tapi bisa bikin event yang sukses!” Iya, betul. Tapi mereka rapuh. Bagaikan rumah mewah yang mentereng tapi rentan roboh.
Saya bisa mengerti betapa resahnya teman-teman komunitas yang merasa tertinggal oleh kota-kota lain yang lebih maju, tapi coba sadari dulu hal ini: Tanpa open mic yang berkesinambungan, kalian tidak akan bisa berkembang. Semua harus berjalan dengan bertahap. Open mic sangat krusial karena selain menjadi “dojo” bagi para comic untuk melatih jurus-jurus mereka, ini juga menjadi ajang pembibitan pasar. Ini menjadi salah satu sarana vital untuk melakukan penetrasi ke masyarakat, memberikan pengalaman kepada penonton, “Oh ini toh rasanya nonton stand-up comedy”.
Saya akan membahas open mic dari dua aspek, yakni teknis dan non-teknis. Aspek teknis berhubungan erat dengan tempat yang digunakan, sementara aspek non-teknis berhubungan dengan strategi penyelenggaraan acara.
BAGIAN I: ASPEK TEKNIS

Mencari tempat open mic yang ideal memang sangat amat sulit. But then again, mengembangkan komunitas stand-up comedy memang tidak mudah. Saya akan mencoba menjabarkan kondisi ideal yang masih dalam batas kewajaran. Tidak harus sempurna, tapi juga tetap harus memenuhi beberapa syarat mendasar. Berikut 3 hal yang menurut saya harus diperhatikan:
1. Cafe, jangan restoran.
Musuh terbesar dari seorang komedian adalah makanan. Seseorang yang sedang makan, tidak mungkin tertawa. Cafe, adalah tempat dimana orang datang untuk nongkrong, kongkow, atau mungkin bekerja. Restoran adalah tempat dimana orang datang untuk makan. Kecuali komunitasnya sudah bisa membawa massa sendiri, saya sarankan hindari open mic di restoran. Di cafe, lebih besar kemungkinan kita mendapatkan massa baru, yang mungkin tidak datang untuk menonton open mic, tapi kemudian ketagihan. Dan satu hal lagi. Di restoran, rotasi perputaran orang yang hadir akan lebih cepat, sehingga lebih banyak orang lalu-lalang. Belum lagi pelayan yang tak henti-hentinya keliling membawa baki makanan. Tampak sepele, tapi ini adalah gangguan-gangguan visual yang fatal.
2. Panggung harus terang.
Ini masih ada hubungannya dengan faktor visual. Saya sering sekali mendapatkan open mic di panggung yang gelap, atau memiliki penerangan yang sama dengan seisi ruangan. Ini memiliki dua dampak negatif yang sangat besar:
a. Penonton tidak memiliki titik fokus visual. Tanpa titik fokus visual, perhatian penonton sangat mudah teralihkan.
b. Penonton tidak bisa menyimak dengan optimal gestur tubuh dan mimik wajah si comic. Padahal hal-hal tadi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah penampilan stand-up comedy.
3. Waspadai gangguan suara.
Jangan sepelekan bunyi-bunyian yang mengganggu. Setengah detik saja set-up kita tidak terdengar, seluruh punchline bisa lumpuh total. Berdasarkan pengalaman saya, dalam open mic ada dua gangguan suara yang paling sering muncul:
a. Blender. Ini cukup tricky. Terkadang ada cafe yang blendernya terletak di luar / dekat bar, tanpa peredam suara pula.
b. Kendaraan bermotor. Biasanya ini terjadi apabila cafe terletak persis di tepi jalan raya.
(Di cafe yang full indoor sekalipun, gangguan ini bisa terjadi. Apalagi bila menggunakan cafe yang semi-outdoor. Terlalu beresiko.)
BAGIAN II: ASPEK NON-TEKNIS

Venue yang baik adalah modal yang luar biasa berharga. Tapi jangan lupa, perhatikan juga hal-hal berikut:
1. Jangan sepelekan peran MC.
Dalam open mic, MC bukan hanya sekedar pembawa acara. MC dalam open mic bertanggungjawab untuk:
a. Menghangatkan suasana. Berarti, MC harus lumayan lucu.
b. Mengedukasi penonton. Beri penjelasan umum tentang apa itu open mic, agar mereka paham kenapa ada yang berani naik panggung meski belum lucu. MC harus menjaga agar ekspektasi penonton ada di titik terendah. Semakin tinggi ekspektasi penonton, semakin berat tugas comic.
c. Menjaga ritme acara. MC harus pandai mengatur urutan comic yang tampil, agar tidak ada kejadian dua atau lebih berturut-turut comic yang nge-bomb total. MC harus cekatan memodifikasi urutan comic yang tampil demi menjaga kenyamanan penonton.
2. Jaga stabilitas durasi.
Dari minggu ke minggu, sebaiknya durasi open mic tidak berubah-ubah secara drastis. Bila dalam suatu minggu comic yang hadir sedikit, ya sudah. Tapi bila membludak, sebaiknya tetap dibatasi. Open mic yang terlalu lama akan berpotensi merugikan comic yang mendapatkan urutan akhir, karena sebagian penonton sudah beranjak pulang.
3. Beri variasi.
Tidak ada salahnya juga apabila sesekali ada variasi dalam bentuk acara, misalkan ada selingan battle, improv, dan lain-lain. Tidak harus ada, tapi bila ada akan lumayan menyegarkan.
***
Demikian bagian pertama dari serial tulisan saya tentang pengembangan komunitas stand-up comedy lokal. Di bagian kedua nanti, saya akan mulai membahas event stand-up comedy yang bisa diselenggarakan oleh komunitas lokal. Semoga berguna

Sumber : http://neonspark.wordpress.com

Friday, May 3, 2013

10 Comic Stand Up Comedy Terpopuler Di Indonesia

Kalo kita perhatikan guyonan khas Amerika dan Eropa yang bernama Stand Up Comedy kini semakin menjamur dan  populer  di Indonesia terutama dikalangan remaja dan mahasiswa,acara stand up comedy show yang akhir-akhir ini ditayangkan distasiun Tv  swasta Indonesia seperti Metro Tv dan Kompas Tv semakin diminati dan menjanjikan, guyonan seperti stand up comedy sangat cocok untuk anda yang ingin
menambah wawasan.karena materi yang dibawakan oleh Comic(pelaku stand up) sangat bermutu dan menghibur,banyak wawasan baru yang dapat ditemukan disana,dan bagi sang penyimak atau penonton juga diharuskan berpikir untuk memahami apa yang disampaikan oleh sang Comic, karena stand up comedy  yang dibutuhkan hanyalah ketrampilan mengolah kata-kata sehingga menjadi sebuah sajian yang sangat lucu, dan bagi penonton yang tak tertawa pada intinya penonton tersebut tidak paham dan mengikuti apa yang disampaikan oleh Comic, dan berikut adalah 10 Comic Stand Up Comedy Terpopuler di Indonesia.

1.Raditya Dika (@radityadika)

 
Dikalangan muda mungkin nama ini sudah tak asing lagi,siapa yang tak kenal dengan Radit,seorang  Writer,Blogger,dan Comic ini,yang mendadak  terkenal karena kepiawaiannya dalam menulis terutama tulisan jenaka,kini menjadi sosok yang populer  dan mempunyai banyak penggemar,khususnya ditwitter jutaan follower  sudah ia dapatkan.ribuan kopi buku jenaka karyanya sudah menjadi konsumsi publik dan telah menjadi Best  Seller  Indonesia.

2.Mongol(@mongol_sttress)



Siapa yang  pernah mendengar istilah  KW (kaya wanita)??Mongol orang Manadolah sang pencetusnya,ia selalu memakai kata-kata tersebut dalam setiap shownya,ia menamakan dirinya dengan julukan Pakar KW.yaitu orang yang mengetahui ciri-ciri KW atau isltilahnya B#nci,ia juga sangat piawai untuk mempraktekan tingkah  laku orang  KW dan itu membuat penonton  geli dan akhirnya tertawa terbahak-bahak.serta  selalu menyapa penonton dengan nama COY.dan akhir-akhir ini rating  Mongol melejit karena shownya di Metro Tv.

3.Soleh Solihun (@solehsolihun)


Orang yang sudah tidak awam lagi dengan dunia jurnalistik hampir tujuh tahun ia menekuni pekerjaan tersebut,namun yang membuat namanya melejit di permukaan adalah ketika ia menjadi presenter di Radio Show TV One.kemudian dia di ajak oleh Pandji Pragiwaksono bergabung di Cafe Comedy miliknya dan pada akhirnya diajak oleh stasiun TV swasta dalam program Stand Up Comedy Metro Tv.Ia mulai berbakat menjadi Comic sewaktu ia sering menjadi MC saat ia kuliah di Universitas Padjajaran jurusan Komunikasi Jurnalistik,namun ia berbakat melucu karena sewaktu kecil mengidolakan Alm.Zainuddin MZ

4.Pandji Pragiwaksono (@Pandji)

Dulu di stasiun TV ANTV ada salah satu program yang namanya Kena Deh,yah betulll dialah yang membawakan acara tersebut,kini ia menjadi Comic  Stand Up Comedy karena keikutsertaannya dalam kompetisi Stand Up Comedy Indonesia yang diadakan oleh Kompas Tv.dan kini ia sering menjadi tamu,dan presenter di Metro tv seperti Pro Activ dan Stand Comedy

5.Cak Lontong (@caklontong)
 

 Bagi anda yang gemar menonton program acara  Republik  Mimpi pasti anda tak asing dengan yang namanya Cak Lontong,yaitu MC terkenal yang selalu menyelipkan kata-kata lucu didalamnya,hampir setiap  shownya di Metro Tv ia selalu mengawali guyonannya dengan kata-kata “Salam lemper” yaitu meniru ciri khas dari motivator terkenal Mario Teguh,namun di tengah-tengah jokesnya ia selau menyelipkan kata-kata “mikir” yaitu menyindir  penonton yang hanyan ndelongop saja sewaktu ia bicara.

6.Muhadkly Acho (@Muhadkly)
 
seorang Comic asal Tanjuk Priok ini sangat suka menghina lawannya dalam acara Stand Up Comedy,dengan sindirannyalah ia menjadikan itu sebuah ciri khas miliknya dan itu sangat memancing reaksi penonton utuk tertawa,seperti ia yang menyindir pelajar yang suka tawuran di Jakarta yang sukanya main keroyokan,kemudian Acho bertanya kepada penonton jikalau kelak dewasa apakah pelajar tersebut masih melakukankeroyokan sewaktu istrinya sulit hamil???guyonan seperti inilah yang menjadi ciri khas dari Acho.
‘’
7.Setiawan Tiada Tara (@setyawanTT)
 

Dia adalah seorang Dosen dan Motivator asal Solo yang kini tengah naik daun berkat  Stand Upnya di Metro Tv,dia terkenal sangat asyik dengan penonton,dan kalo kita perhatikan banyak Comic yang tidak tertawa sewaktu apa yang ia ucapkan itu  lucu,namun untuk  Setyawan  ia tetap tertawa terbahak walaupun ia yang mengucakannya sendiri.berikut adalah kata-katanya yang lucu
-Cewek itu munafik karena bilang cinta dari mata yaitu mata pencahariannya
-cewek sangat menyukai cinta (cicin dan permata)
-semua kaset ayu ting-ting ditarik dari peredaran karena alamatnya sudah ketemu.
dan kadang ia suka memberikan sulap di akhir pertunjukannya seperti menuangkan air ke dalam gelas dan sewaktu dibalik airnya tidak tumpah,ternyata ia menaruh pembalut didalam gelas tersebut.

8. Abdel Achrian (@abdelachrian)
 

Ingatkah anda dengan pengajian di pagi hari yang dibawakan Mama Dedeh ??yah yang saya maksud adalah Abdel Mama Dedeh temannya Temon.ditengah kesibukannya menjadi MC dibanyak program tv tetapi ia juga menjadi Comic sejati  Stand Up Comedy,seperti guyonannya “cara membedakan mana zebra jantan dan zebra betina adalah kalau zebra jantan putih belangnya hitam tapi kalau betina hitam belangnya putih”itu adalah cuplikan jokes dari Abdel  Achrian.

9.Sammy (@notaslimboy)
 

Satu-satunya peserta paling gemuk Stand Up Comedy Metro Tv adalah Sammy,ia pernah menjadi salah satu pemain film di Republik Twitter namun perannya tak begitu lama di film tersebut.berikut adalah salah satu jokesnya “saya kalo lebaran tak pernah mudik,tau kenapa??karena saya kristen” ucapan tersebut membuat sorak tawa dan tepuk tangan dari penonton.

10.Boris Manullang (@borisbokir)
 
Lelaki asal Batak ini menurut saya yang paling mempunyai ciri khas menonjol diantara peserta Stand Up Comedy lainnya,karena tutur katanya yang selalu menggunakan logat Batak,tetapi  materi yang disampaikannya agak monoton yaitu selalu mengulas tentang kehidupan orang batak,dan yang paling tak saya suka adalah setiap kata lucu yang pernah ia sampaikan selalu disampaikannya  lagi dalam pertunjukan selanjutnya.
 
NAH.. JADI 10 COMIC DIATAS SIAPA YANG JADI FAVORIT KALIAN??

Monday, April 22, 2013

Ciri-ciri Wanita Jatuh Cinta Pada Anda



1. Meletakkan jari di antara gigi. Jari yang saya maksud di sini tentu saja semua jari tangan (kecuali jari tengah) dan bukan jari kaki. Jari tengah tidak termasuk karena akan memberikan "makna yang berbeda".

2. Mengedipkan matanya lebih sering daripada biasanya ketika berbicara dengan anda. Tapi harus anda pastikan dulu itu bukan karena kelilipan.

3. Memilin-milin rambut dengan jarinya ketika dia sedang menatap anda. Yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana dengan wanita berjilbab?

4. Menatap mata anda dengan tatapan dalam dan pupil matanya membesar. Akan sangat susah melihat fenomena ini pada wanita yang mengidap katarak.

5. Ikut tertawa dengan anda ketika anda menertawakan suatu hal yang bahkan mungkin tidak lucu menurut dia. Ketika ngobrol dengan dia cobalah untuk menertawakan suatu hal yang jauh dari kategori lucu, dan perhatikan reaksinya.

6. Menyentuh pipi atau menggosok dagunya dengan lembut. Hal ini merupakan pertanda dia sedang berpikir bahwa dia merasa cocok dengan anda dalam beberapa hal.

7. Mengangkat alis kemudian menurunkannya sambil tersenyum. Hal ini menunjukkan bahwa dia tertarik dengan anda.

8. Berusaha mengikuti cara anda berbicara baik itu dari cepat lambatnya anda berbicara maupun tinggi rendahnya suara anda.

9. Menyentuh lengan, bahu, tangan atau paha anda ketika berbicara dengan anda.

10. Melipat kedua tangannya di atas meja ketika sedang berbicara dengan anda dengan cara meletakkan siku di atas punggung tangan yang satu, sementara tangan memegang siku yang lainnya dengan punggung tangan menghadap anda.

sumber: http://timetotalks.blogspot.com/2010/02/ciri-ciri-wanita-telah-jatuh-cinta-pada.html

Sunday, April 21, 2013

Cara Ngutang yang Baik dan Benar


Sesungguhnya, ngutang itu bukanlah hal yang baik dan sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan. Seharusnya kamu memiliki kesadaran dan kontrol diri: kalo kamu gak punya duit, ya jangan beli apa-apa. Intinya gitu. Tapi terkadang, ada situasi dimana kamu terpaksa banget ngutang, karena mungkin kamu dihadapkan pada situasi hidup dan mati. Nah, tapi gimana sih sebenernya cara ngutang yang baik dan benar? Kamu sudah berada di artikel yang tepat anak muda!

1. Memilih Orang yang Diutangin

Memilih orang yang akan kamu utangin adalah hal yang sangat penting. Berhutanglah hanya pada orang yang kamu tau gak akan bermasalah secara finansial jika kamu utangin. Jangan ngutang sama orang yang hidup sehari-harinya aja udah susah. Kasian amat masih kamu utangin. Nah, tapi biarpun kamu milih orang yang secara finansial aman, bukan berarti kamu terus boleh seenaknya lho. Inget, milih orang yang diutangin ini cuma tahap awal supaya kamu gak ngerepotin gitu lho maksudnya.

2. Membangun Situasi yang Enak

OK katakanlah kamu udah milih orang yang mau diutangin. Trus gimana? Kamu datengin trus tau-tau minjem duit gitu? Buset kayak malak. Malak aja kadang-kadang sok baik-baik dulu. Kalo kamu mau ngutang, sebaiknya kamu membangun situasi yang enak terlebih dahulu. Biar kesannya bersahabat gitu. Situasi yang enak ini biasanya sih dibangun dengan percakapan sehari-hari ya. Mungkin kamu bisa memulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang standart aja, tapi yang jelas kamu harus keliatan bahwa kamu beneran peduli gitu. Tujuannya? Ya kan kita lagi membangun situasi yang enak.

3. Ngutang

Setelah situasi yang enak terbangun dengan cukup baik, kamu bisa mulai melancarkan aksi ngutang kamu. Sebaiknya tidak perlu sok-sok cerita sedih supaya temen kamu sadar sendiri, tapi langsung aja utarakan maksud dan tujuan kamu. Berikan juga alasan yang valid kenapa kamu harus ngutang. Alasan yang valid itu seperti misalnya:
  • Karena gajian kamu telat
  • Dompet kamu ketinggalan
  • Dompet kamu dicuri
  • Kamu ada pengeluaran yang tidak terduga.
Sementara yang tidak termasuk alasan valid adalah:
  • Kamu pengen beli smartphone baru supaya punya duluan ajah.
  • Pengen makan steak, soalnya udah seminggu ini gak makan steak.
  • Pengen mabok sama temen-temen
  • Pengen beli cimeng, soalnya udah lama gak giting.
Intinya sih alasan yang valid ini akan menentukan apakah temen kamu akan rela minjemin uang ke kamu atau nggak. Kalo alesan kamu minjem duit cuma karena pengen mabok sih gak bakal ada yang mau minjemin uang juga. Oh iya, pastikan kamu itu meminjam uang dengan bahasa yang baik dan sopan ya, seperti misalnya:
Eh Bro, sorry. aku boleh pinjem Rp. 100,000 dulu gak? Dompet aku ketinggalan bro. Besok aku ganti deh.
Dan kalo temen kamu gak ngasih, ya jangan maksa.

4. Setelah Diutangin

Apabila temen kamu berbaik hati minjemin uang, maka langkah selanjutnya yang harus kamu lakukan adalah langsung pergi. Ya nggak lah. Kamu harus berterima kasih dong sama dia. Pastikan kamu terima kasihnya tuh sungguh-sungguh banget seolah-olah kamu baru saja diselamatkan dari ujung maut. Ini akan membuat teman kamu terenyuh. Paling gak dia akan ngerasa sedikit berguna dalam hidupnya gitu.

5. Bayar Utang

Nah, ini langkah yang sering dilupakan atau sengaja dilupakan orang. Sesungguhnya, bayar utang adalah poin terpenting yang akan menentukan kredibilitas kamu. Kalo kamu setelah ngutang trus suka sok-sok lupa atau mungkin lupa beneran untuk bayar, maka untuk seterusnya kamu akan dikenal sebagai orang yang suka gak bayar utang, trus orang jadi males deh minjemin kamu duit. Kalo suatu hari kamu beneran butuh pinjem uang trus gak ada yang mau minjemin kan repot dong? Makanya bayar utang. Inget tuh.
Nah demikianlah. Semoga Bermanfaat ces

Wednesday, April 17, 2013

Evolusi Mahasiswa

Manusia selalu berubah. Seiring dengan berjalannya waktu, pengalaman yang didapatkan, serta perubahan lingkungan, manusia selalu membuat perubahan-perubahan dalam hidupnya agar lebih baik. Salah satu tahap dalam hidup manusia yang penuh dengan perubahan adalah saat mereka kuliah. Selain jadwal yang selalu berubah setiap semesternya, mahasiswa pun berevolusi, seiring dengan lamanya mereka berada di kampus.
Setelah melakukan penelitian intensif selama bertahun-tahun, pun menemukan pola evolusi yang paling umum diikuti oleh para mahasiswa di Indonesia. Inilah dia.

Tingkat 1 

Pas tingkat 1, biasanya mahasiswa masih adaptasi sama lingkungan dan orang-orang baru, biasanya pakaiannya lumayan rapih, biar pencitraannya bagus gitu, apalagi di hadapan lawan jenis. Dan karena ketemu temen-temen baru, masih suka jaim, belom ketauan belang-belangnya. Tingkat 1 adalah waktu untuk membangun pencitraan.
Kalo soal kuliah, biasanya masih semangat-semangatnya. Semua buku dibawa, dari buku wajib (yang asli impor, harganya 500 ribu), buku suplemen dari perpus, catetan, dan laptop. Kalo ada asistensi/tutor/lab jam 7 malem pun pasti dijabanin. Tugas? Pastinya dikerjain banget!

Tingkat 2 

Di tingkat 2 ini biasanya lagi betah-betahnya di kampus, tapi bukan buat kuliah. Setelah mengerti trik-trik ampuh titip absen dan cabut kuliah, anak-anak tingkat 2 ini mulai menyadari kalo kuliah cuma masuk kelas doang itu nggak asik. Mereka mulai aktif di organisasi, ikut kepanitiaan acara ini itu, gabung di perkumpulan mahasiswa, masuk klub olahraga kampus, ikut seminar dll.
Biasanya mereka dateng pagi ke kampus. Terus setor muka sama absen di kelas sebentar, abis itu mulai sibuk rapat, team building, seminar ini itu. Penampilan juga udah nggak serapih tingkat 1. Udah mulai akrab sama temen-temen baru, gebetan juga udah dapet, jadi mulai cuek. Biasanya ke kampus pake kaos yang ada logo universitasnya gitu.

Tingkat 3

Di tingkat 3, biasanya udah jarang keliatan di kampus. Bukan karena bolos, tapi jadwal kuliah biasanya udah nggak sepadet 2 tahun pertama. Kalo dulu bisa tiap hari masuk, sekarang bisa cuma 3-4 hari ada kelas. Akibatnya, pas tingkat 3 ini jadi lebih sering jalan-jalan ama seneng-seneng ketimbang kuliah. Karena itu, biasanya pakaiannya lebih cocok buat ke mall daripada ke kampus.
Karena jadwal yang lowong ini, masuk kelas biasanya cuma selewat aja. Anak tingkat 3 dateng pagi/siang pas ada kelas, abis selese kelasnya langsung cabut ke tempat lain. Kepanitiaan dan organisasi juga udah nggak se-intense tingkat 2. Karena udah senior, jabatan yang dipegang juga lebih tinggi. Jadi kerjaannya udah nggak ribet waktu masih jadi staf biasa.

Tingkat 4

Tingkat 4 identik dengan skripsi atau tugas akhir. Dan segala aspek kehidupan mahasiswa di tingkat 4 ini, semuanya dipusatkan ke skripsi tersebut. Walaupun kelas tinggal 1 atau bahkan enggak ada, mereka tiap hari nongol di kampus, entah ngetik di perpustakaan ditemani dengan 2 buku yang dibuka plus beberapa fotokopian jurnal atau ngejar-ngejar dosen pembimbing.
Gizi mahasiswa tingkat 4 ini biasanya juga buruk, karena stress mikirin skripsi. Muka-mukanya biasanya beler gara-gara kurang tidur ato bete gara-gara skripsinya abis diacak-acak sama dosen pembimbing. Mahasiswa tingkat 4 juga biasanya nggak punya kehidupan sosial yang aktif.

Tingkat 5 (dan seterusnya)

Kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan kita. Di dunia kuliah pun sama. Setelah 4 tahun berjuang keras supaya bisa lulus cepet, ternyata ada aja hal yang bisa menghalangi. Dari ada kelas yang nyangkut, atau dosen pembimbing sensi sama kita, jadinya nggak dilulus-lulusin. Dengan terpaksa, ada beberapa mahasiswa yang harus berevolusi ke mahasiswa semester 9 (dan seterusnya)

Jenis yang satu ini banyak ragamnya. Ada yang makin jarang ke kampus karena sibuk sama kerjaan lain (atau udah bodo amat sama kuliahan). Ada yang masih rajin ke kampus karena masih banyak kelas yang belom lulus. Ada juga yang nyangkut di perpustakaan, berusaha keras buat nyelesein tugas akhir yang susahnya setengah mati. Ada juga yang gak jelas ngapain, tapi tiap hari ke kampus, dianggap tetua, trus hobinya gangguin anak-anak tingkat 1. Walaupun jenis ini beraneka ragam, mereka punya sebuah kesamaan, yaitu sebuah alergi pada 2 kata : "Kapan lulus ?"
Jika ada yang kurang silahkan dikomentari.
Sumber: TaliKolor.blogspot.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...